Rabu, 13 Juni 2012

"DILARANG JATUH CINTA"


Wah! Semua mata terbelalak berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis di atas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru. Ada yang bergidik, ada yang terbelalak histeris, ada juga yang terkagum-kagum. Situasi heboh itu melumpuhkan lalulintas. 
Beberapa polisi sibuk berdebat dan stres -- mencari solusi bagaimana mencegah orang sableng itu agar tidak mewujudkan kegilaannya. Ada juga polisi yang langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulans. Mengapa ada yang ingin bunuh diri?Silakan tanya kepada para penduduk di sebuah negeri yang sedang dilanda cinta, atau kepada seorang laki-laki muda yang tampan, yang kini berdiri gagah dan tenang di bibir gedung pencakar langit, dan siap terjun bebas. 
Padahal, embun masih terjun ke bawah ketika polisi yang memanjat baru mencapai setengah gedung. Orang-orang pun berteriak histeris. Dan, lihatlah, seperti tubuh yang bunuh diri pertama, wanita itu juga melayang-layang ke bawah. Dari tubuhnya, satu per satu tumbuh bunga-bunga yang mekar. Dan, begitu tiba di tanah, tubuhnya telah menjelma sebatang pohon bunga beraneka rupa. Di pucuk bunga terselip kertas yang bertulis, 
''Kubuktikan cinta dengan kepasrahan!'' 
Belum habis keterkejutan orang-orang, kembali terdengar teriakan seseorang, 
''Lihat! Di atas gedung bertingkar 52 sana juga ada yang hendak bunuh diri!''
Semua terperangah, berteriak ngeri. 
''Kegilaan apa lagi ini?!''
''Lihat! Di gedung 67 tingkat itu juga!''
''Lihat! Di gedung warna kelabu ungu bertingkat 73 itu juga!''
''Lihat! Di atas menara pahlawan itu juga!'' 
Semua menggigil seputih kapas di ujung ilalang. Bahkan angin pun beringsut ketakutan. Sebab, hari itu lebih sepuluh orang melakukan bunuh diri dengan cara yang sama (melompat dari atas gedung bertingkat) dan motif yang sama atau hampir sama. Mungkinkah cinta yang menciptakan semua tragedi yang mencemaskan ini? Peristiwa itu mencengangkan semua orang, sekaligus menimbulkan rasa takut dan khawatir yang hebat. Dan peristiwa ini menjadi topik utama di mana-mana, dari kedai kopi, kafe hingga hotel berbintang, terutama menjadi headline koran-koran terkemuka. 
Berbagai kalangan pengamat memberi komentar dan tanggapan, dari psikolog hingga pengamat sepakbola. Ternyata, hari demi hari, peristiwa bunuh diri itu tiada henti, terus-menerus terjadi. Sehingga, semakin panjang daftar orang yang mati bunuh diri dengan melompat dari atas gedung. Bahkan menjadi ancaman, melebihi wabah penyakit menular. Bunuh diri itu sudah melanda semua orang, dari jompo hingga anak-anak, dengan teknik yang semakin aneh. Sableng bin edan! Ada yang berpakaian Pangeran, Ratu, Pendekar, Batman, Superman. Ada yang bersalto, jumpalitan di udara, berselancar. Ada pula yang terjun sambil baca puisi. 
Penduduk negeri itu semakin dicekam rasa takut dan waswas yang luar biasa. Semua mengkhawatirkan sanak keluarganya dan dirinya akan ikut bunuh diri suatu waktu. Sebab, penyakit bunuh diri itu dengan cepat menyebar dan menjangkiti siapa saja. ''Bila tidak segera dihentikan, anak-anak kita, saudara kita, bahkan kita sendiri akan terpengaruh, dan melakukan tindakan bunuh diri itu.''''Ya. Ini harus kita hentikan!''''Bagaimana caranya? Adakah cara jitu yang kamu pikirkan?'' ''Ah. Ayo, kalangan intelektual, berpikir dan bertindaklah segera. Jangan cuma ngoceh ke sana ke mari!'' teriak orang-orang, kehilangan arah.Penduduk semakin panik, saling bertanya satu sama lain. Tetapi, semua menggeleng. Semua angkat bahu. Semua jadi buntu jadi batu. 
Apa lagi yang dapat dilakukan? Maka, tanpa dikomando, semua tekun berdoa dan samadi agar wabah penyakit bunuh diri itu segera berakhir. Sayangnya, ketika doa-doa meluncur di udara, burung-burung gagak berebutan menyerbu dan mencabik-cabiknya sehingga tidak pernah sampai di meja kerja Tuhan. Jika pun ada yang sampai, cuma berupa sisa atau percah. 
Tentu Tuhan tidak sudi mendengarnya. Apalagi Tuhan semakin sibuk menata surga -- sambil mendengarkan musik klasik -- karena kiamat sudah dekat. Disengat kepasrahan yang mencekam itu, tiba-tiba Maharaja menemukan gagasan, 
''Kita bikin pengumuman!'' teriaknya pasti.Seketika semua melongong. 
''Pengumuman? Untuk apa?''
''Di setiap tempat, kita buat pengumuman: Dilarang Jatuh Cinta!''Semua kurang menanggapi. 
''Apakah mungkin efektif untuk mengatasi maut yang mengancam di depan mata kita?'' Maharaja angkat bahu. 
''Coba dulu, baru tahu hasilnya,'' jawab Maharaja. 
''Masalah utamanya sudah jelas, akibat cinta. Setiap orang yang terjerat cinta, entah mengapa jadi ingin bunuh diri. Satu-satunya cara, ya, kita larang orang-orang jatuh cinta. Siapa pun tak boleh jatuh cinta agar hidup terjamin.'' 
''Wah, mana mungkin. Jatuh cinta itu manusiawi. Beradab dan berbudaya. Berasal dari hati. Kata hati. Muncul begitu saja -- tanpa diundang. Apalagi, cinta kan pemberian Tuhan,'' protes orang-orang, tak dapat menerima pendapat Maharaja yang dinilai ngawur. 
''Terserah. Jika ingin selamat, menjauhlah dari cinta. Kalian jangan pernah jatuh cinta. Mengerti?! Tetapi jika sudah bosan hidup, ya, silakan jatuh cinta!'' tegas Maharaja. 
''Sekarang, mari kita pasang pengumuman itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya!'' Meski dijerat tali ketidakmengertian yang luar biasa, pengumuman akhirnya dibuat juga. Dipancangkan dan ditempelkan di mana-mana, termasuk di bandara. 
Maharaja bahkan melakukan siaran langsung di seluruh televisi: 
''Saudara-saudari sekalian yang saya benci. Sebab, mulai sekarang, saya tak ingin mencintai, agar berumur panjang. Saya harus benar-benar dipenuhi kebencian. Seperti kita saksikan bersama-sama, cinta telah menyebabkan banyak orang bunuh diri. Cinta telah membutakan mata. Cinta telah merenggut nyawa sanak keluarga kita. Cinta mengancam kita. Maka, dengan ini, kepada semua yang mendengarkan pengumuman ini, saya tegaskan: dilarang jatuh cinta! Kita harus melawan cinta. Kita tegas-tegas menolak cinta. Cinta tidak memberi apa-apa yang berharga bagi kita, cuma kematian. Mengerikan, bukan? Mulai sekarang, kita proklamirkan semboyan baru kita: hidup sehat tanpa cinta. Hiduplah dengan saling membenci, bercuriga, menghasut, dan sebagainya. Jangan pernah mencintai!'' Aneh. 
Penduduk bertepuk sorak menyambut pengumuman itu. Bahkan, untuk selanjutnya, banyak yang memuji kebijaksanaan Maharaja sebagai sikap brilian. Mereka merasa telah menemukan solusi jitu memberantas wabah penyakit bunuh diri itu. Hidup tanpa cinta, tidak terlalu buruk demi hari depan yang lebih baik. Dengan saling membenci, esok yang lebih cerah dan terjamin siapa tahu segera tercapai. Hari masih terlalu subuh. Ayam dan burung-burung masih ngorok. Tetapi keributan orang-orang dan kesibukan polisi telah merobek cadar ketenangan. Apalagi wartawan-wartawan sibuk meliput dan melaporkan -- blizt dan lampu kamera televisi berpantulan. Apa yang sedang terjadi. Wah. Sungguh mengejutkan dan mencengangkan! Betapa tidak, di depan gedung istana Maharaja berlantai 113 yang mencuat menusuk langit kelam, Maharaja dengan masih memakai piyama sedang berdiri di atasnya bersiap-siap bunuh diri. 
Orang-orang menahan napas dan terbelalak ngeri menyaksikan tragedi ini. Sementara, istrinya, Maharani menyorot api kebencian, ''Biarkan ia menikmati kesempurnaan cintanya!'' Maharaja mengembangkan tangan. ''Ah. Ternyata cinta itu indah. Kita tak dapat hidup tanpa cinta. 
Cinta itu anugerah. Berdosalah orang-orang yang tak memiliki cinta!'' teriak Maharaja, lalu melompat ke bawah. Tubuhnya melayang dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Tiba-tiba menyusul sesosok tubuh wanita muda yang sintal, melompat sembari bersenandung lagu cinta. Tubuhnya juga melayang, seperti menari -- dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Begitu tiba di tanah, bunga-bunga itu pelahan merambat dan menyatu, lalu membesar dan menjadi belukar yang menjalari dinding-dinding istana dan rumah tangga-rumah tangga. Semua melotot heran. ''Mengapa Maharaja bisa segila itu?''''Selingkuh. Ia selingkuh dengan sekretarisnya!'' cibir Maharani sambil meludah ke tengah belukar itu. Akibat ludah itu, tiba-tiba belukar itu bergerak-gerak liar sepenuh nafsu kelabu, membelit kedua kaki Maharani, dan menariknya, ''Cintakah?!'' 

Penulis
Maroeli Simbolon 

Kamis, 07 Juni 2012

ANAK DESA JUGA BOLEH BERMIMPI


Atas dasar alasan sama  mengapa kami berkumpul di sini, tidak mampu melanjutkan sekolah itu kenyataan yang kami dapati saat kami bertanya mengapa kami harus berkumpul di sini. Belajar hidup susah bersama, saling menghargai, menyayangi dan sling menjaga satu samalain. Sekolah yang di ciptakan untuk membangun persaudaraan dan rasa solideritas terhadap sesama tanpa membedakan status, ras, fisik dan jabatan. Kami di ajarkan untuk bebas menjadi diri sendiri dan bebas berpendapat.
Sekolah yang membebaskan kami berekpresi sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang kami punya, kami tidak diwajibkan untuk menggunakan seragam, sepatu atau segala hal yang menghambat proses belajar kami dan membuat kami minder, karena pada dasarnya guru-guru kami berpendapat bahwa yang belajar itu bukan pakaian mewah maupun sepatu yang bagus, melainkan minat dan keinginan dalam menuntut ilmu.
Berbagai cibiran, hinaan dan caci maki, itulah realita yang menjadi makanan kami dari hari ke hari, sehingga tak jarang mengecilkan hati dan membuat kami minder dalam mengejar cita-cita yang harusnya kami miliki sejak kami lahir. Tak jarang kami meneteskan airmata,
 Akan tetapi dengan sabar dan kasih sayangnya terhadap kami guru-guru kami meyakinkan bahwa  semua itu hanya ujian, sehingga membuat kami mengerti bahwa pendidikan itu memang harus kami miliki, sehingga berbagai ejekan dan cibiran menjadi suatu hal yang biasa bagi kami. Kami tidak lagi berkecil hati ketika orang melontarkan kata-kata seenak yang mereka inginkan, kami yang sanggup bertahan mulai kebal dan tidak lagi peduli dengan apa yang mereka ucapkan.
Kami di ajarkan bertani dan beternak mencari rumput untuk makanan kambing yang kami pelihara. Berbagai ejekan sering kami terima dari kawan-kawan yang berhasil masuk sekolah mewah, sehingga sebagian dari kami ada yang tidak sanggup dan keluar dari sekolah. Seperti yang pernah saya alami, saya pernah di bilang OSIS Nyasar karena pakaian kami yang seadanya dan gaya kami yang serba sederhana.

Bersambung

Tuslisan Anak SMK Pasawahan 

Rabu, 06 Juni 2012

ILIR-ILIR SUNAN KALIDJAGA


“ILIR-ILIR” SUNAN KALIDJAGA:

Sumber Pembentukan Pekerti Bangsa
Drs. Puji Santosa, M.Hum.Peneliti Utama Bidang Sastra Pusat Pengembangandan Pelindungan BadanPengembangan dan Pembinaan BahasaKementerianPendidikan Nasional

Sunan Kali Jogo
ILIR-ILIR
Ilir-ilir Ilir-ilirtandure wis sumilirtak ijo royo-royotak sengguh penganten anyar.
Cah angon cah angonpenekna blimbing kuwilunyu-lunyu penekenkanggo masuh dodotira.
Dodotira dodotirakumitir bedhah pinggiredondomana, jlumatanakanggo seba mengko sore.
Mumpung gedhe rembulane mumpung jembar kalanganeya suraka..... surak.... hore....ya suraka..... surak.... hore....

Iir ilir lirilir “Bangun, bangun, bangunlah, bangun” atau juga dapat diterjemahkan menjadi “Sadar, sadar, sadarlah, sadar”. Kanjeng SunanKalidjaga mengajak kita agar bangun (sadar) dari kelelapan tidur panjang,segeralah sadar akan tugas dan kewajiban kita hidup di dunia ini, tidak hanyatidur saja. Tidur dalam arti hanya mengurus duniawi saja. Setelah bangun dansadar (eling), segeralah mencari danmenemukan pencerahan sinar cahaya Tuhan. Maknanya, setelah engkau sadar,segeralah berbakti, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahakuasa, salahsatunya diwujudkan dalam bentuk melakukan zikir dan bersembahyang, salat limawaktu, sesuai dengan perintah agama.Tandure wissumilir “Tanamannya sudah semburat bersemi”.Biasanya orang Jawa yang agraris itu menanam padi di sawah atau ladang. Kini,tanaman padi itu sudah tampak semburat bersemi. Ibarat suatu tanaman padi yangsudah semburat bersemi tersebut, kebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaankita kepada Tuhan Yang Mahakusa sudah mulai tumbuh semburat bersemi. Olehkarena itu, lanjutkan dan tetap terus pelihara cahaya kebaktian, kesadaran,keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan yang Mahakuasa itu agar tetap menyalaterus, api iman agar semakin lama semakin bercahaya terang benderang untukmenerangi jalan hidup kita dari pondok dunia hingga sampai ke istana akhirat.Tak ijoroyo-royo, tak sengguh penganten anyar “Tanaman padi tersebut sudah semburat tampak menghijau berseri laksanapengantin baru”. Sebagaimana halnya seorang pengantin baru, tentu tampak indah,senang, bahagia, dan berseri-seri. Seorang yang telah sadar, penuh kebaktiankepada Tuhan yang Mahakuasa, diperkokoh dengan iman yang bulat, serta takwayang berusaha teguh memenuhi semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya,tentu hidupnya akan tampak indah, bahagia, dan berseri-seri seperti pengantinbaru yang senantiasa penuh kasih sayang dapat mengasyikan sekali. Apalagisuasananya masih dalam bulan madu, tentu sangat membahagiakan. Demikian halnyakebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa dilandasirasa kasih sayang kepada sesama umat, tentu sangat membahagiakan.Cah angon, cahangon, penekna blimbing kuwi. “Wahai, anak-anakpengembala, tolonglah panjatkan pohon blimbing itu”. Biasanya di ladang atau disawah, selain ditanami padi, juga ditanami pohon-pohonan sebagai peneduh dikala terik panas matahari yang menyengat bumi. Salah satu pohon yang ada didekat pematang sawah atau ladang itu adalah pohon belimbing. Ketika seorangpetani yang tengah berada di sawahnya melihat beberapa gembala, biasanyamenggembalakan sapi, kerbau, atau kambing sebagai binatang piaraan petani, sangpetani tersebut meminta bantuan para gembala itu untuk memanjatkan pohonbelimbing, lalu memetik buahnya. Ada dua jenis belimbing, yaitu belimbing manis(yang enak dan segar rasanya, dapat sebagai pelepas dahaga) dan belimbing wuluh(belimbing sayur yang hijau dan masam rasanya). Buah belimbing manis rupanyakuning keemasan berlingir (seperti lekuk bintang) lima, tetapi permukaannyalicin. Hal ini secara semiotis melambangkan lima watak utama yang harus dimilikimanusia agar dapat menyempurnakan kebaktian, kesadaran, keimanan, danketakwaannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Lima watak keutamaan (pancasila)adalah: rila (ridla, rela), narima (qanaah, tawakal, dan senantiasabersyukur), temen (al-shidqu, jujur, menepati janji), sabar (shabr, momot), dan budi luhur (al-akhlaq al-karimah, berbudi pekerti mulia). Sementra itu,belimbing wuluh yang rasanya asam hanya dapat menjadi enak setelah dimasak buatsayur asam. Tentu hal ini juga menyiratkan makna agar kelima watak utamatersebut, meskipun getir dan asam rasanya, tetaplah harus dapat diolahsedemikian rupa sehingga nanti dapat menjadi enak dirasakannya. Jadi, agarsempurna baktimu, sadarmu, imanmu, dan takwamu kepada Tuhan Yang Mahakuasa,harusalah melaksanakan watak utama lima hal di atas.Lunyu-lunyupeneken kanggo masuh dodotira “Biarpun licin, tetappanjatlah, untuk mencuci pakaianmu”. Setelah diguyur hujan, pohon belimbingtersebut begitu licin. Namun, tetaplah panjat dan petiklah buahnya untukmencuci pakaian agar bersih suci. Buah belimbing pada zaman dahulu, sebelumditemukan sabun, dapat digunakan untuk mencuci atau membersihkan pakaian. Kata“dodot” yang arti harfiahnya “pakaian” atau “kain”, sebagai lambang busana dan hatimanusia. Busana atau lambang lahiriah kewadakan manusia dapat dicuci bersihdengan menggunakan air yang bersabunkan belimbing. Akan tetapi, hati atau jiwamanusia agar bersih mencapai kesucian, haruslah dicuci dengan cara revolusijiwa, yaitu mengubah watak atau pekerti, dari angkara murka, malas, dengki,iri, pendendam, tamak, loba, dan aniaya, menjadi watak atau pekerti manusiayang tulus ikhlas (rila legawa), senantiasabersyukur dan tawakal (narima), sabarmenghadapi berbagai cobaan dan tidak pemarah (momot), jujur dan selalu menepati janji (temen), serta kasih sayang kepada sesama umat dengan memirip-miripisifat Tuhan (budi luhur). Hanyadengan kesucian inilah bekal manusia untuk dapat menghadap ke hadirat Tuhan YangMahakuasa di tahta suci, pusat hati sanubari (Kalbhu mukmin Baitullah).Dodotirakumitir bedhah pinggire/dondomana, jlumatana,/kanggo seba mengko sore “Pakaianmu berketai-ketai (sobek kecil-kecil) pada pinggirnya, jahitlah,jerumatlah, agar dapat dipakai menghadap nanti sore”. Secara semiotismenyiratkan makna bahwa pakaian (dodot)selain sebagai perumpamaan hati, juga menjadi lambang kepercayaan (agama)kepada Allah. “Kang tumrap neng tanahJawa/ Agama ageming aji” (Mangkunegara IV) yang oleh Soehadha (2008)diartikan sebagai “Orang Jawa memaknai agama”. Pakaian yang robek pinggirnya,agar pantas dipakainya, hendaklah harus dijahit atau dijerumat supaya utuhkembali. Hal ini mengandung makna bahwa kepercayaan (iman, agama) kita kepadaAllah haruslah tetap utuh (bulat), hendaklah dijaga agar jangan sampai surut,robek, gempil, atau sompel. Sesungguhnya orang yang telah berbakti, sadar,iman, dan takwa kepada Allah dan sudah suci hatinya, bilamana iman dan takwanyatersebut goncang, menipis, dan masih lobang-lobang, sobek kecil-kecil bagainpinggir, berarti orang tersebut belumlah sempurna kesucian melaksanakan agamanya.Sebab, busana atau pakaiannya belum lengkap atau belum utuh untuk dapat dipakainyamenghadap ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa. Kata “mengko sore” sebagai penanda waktu bahwa ajal kematian kita sudahdekat. Oleh karenanya, sungguh pun belum tahu kapan kita dipanggil kembali kehadirat Tuhan, setiap manusia harus sudah siap sedia sewaktu-waktu menerimapanggilan Tuhan.Mumpung gedherembu
AKU TULIS PAMPLET INI

AKU TULIS PAMPLET INI
KARENA LEMBAGA PENDAPAT UMUM
DITUTUPI JARING LABAH-LABAH
ORANG-ORANG BICARA DALAM KASAK-KUSUK,
DAN UNGKAPAN DIRI DITEKAN
MENJADI PENG-IYA-AN

APA YANG TERPEGANG HARI INI
BISA LUPUT BESOK PAGI
KETIDAK PASTIAN MERAJALELA
DI LUAR KEKUASAAN KEHIDUPAN MENJADI TEKA-TEKI,
MENJADI MARABAHAYA,
MENJADI ISI KEBON BINATANG

APABILA KRITIK HANYA BOLEH LEWAT SALURAN RESMI
MAKA HIDUP AKAN MENJADI SAYUR TANPA GARAM
LEMBAGA PENDAPAT UMUM TIDAK MENGANDUNG PERTANYAAN
TIDAK MENGANDUNG PERDEBATAN
DAN AKHIRNYA MENJADI MONOPOLI KEKUASAAN

AKU TULIS PAMPLET INI
KARENA PAMPLET BUKAN TABU BAGI PENYAIR
AKU INGINKAN MERPATI POS
AKU INGIN MEMAINKAN BENDERA-BENDERA SEMAPHORE DI TANGANKU
AKU INGIN MEMBUAT ISYARAT ASAP KAUM INDIAN
AKU TIDAK MELIHAT ALASAN

KENAPA HARUS DIAM TERTEKAN DAN TERMANGU
AKU INGIN SECARA WAJAR KITA BERTUKAR KABAR
DUDUK BERDEBAT MENYATAKAN SETUJU ATAU TIDAK SETUJU

KENAPA KETAKUTAN MENJADI TABIR PIKIRAN ?
KEKHAWATIRAN TELAH MENCEMARKAN KEHIDUPAN
KETEGANGAN TELAH MENGGANTI PERGAULAN PIKIRAN YANG MERDEKA

MATAHARI MENYINARI AIRMATA YANG BERDERAI MENJADI API
REMBULAN MEMBERI MIMPI PADA DENDAM
GELOMBANG ANGIN MENYINGKAPKAN KELUH KESAH
YANG TERONGGOK BAGAI SAMPAH
KEGAMANGAN
KECURIGAAN
KETAKUTAN
KELESUAN

AKU TULIS PAMPLET INI
KARENA KAWAN DAN LAWAN ADALAH SAUDARA
DI DALAM ALAM MASIH ADA CAHAYA
MATAHARI YANG TENGGELAM DIGANTI REMBULAN
LALU BESOK PAGI PASTI TERBIT KEMBALI
DAN DI DALAM AIR LUMPUR KEHIDUPAN
AKU MELIHAT BAGAI TERKACA :
TERNYATA KITA, TOH, MANUSIA !


WS. RENDRA